Sekilas, jika kita baca kalimat tersebut seperti hanya sebuah kalimat lelucon saja. tapi, jika kalimat tadi dijawab dengan kata "YA" diikuti dengan nada dan ekspresi yang serius, maka akan ada pengaruh luar biasa yang diberikan.
Mengapa saya mencetuskan kalimat "Bagaimana kalau UAN kita tiadakan saja?" sebagai judul artikel kali ini? Karena saya berpikir sama seperti judul itu. saya juga punya beberapa alasan mengapa sebaiknya UAN ditiadakan. ini berdasarkan hasil dari penelitian saya terhadap beberapa siswa kelas 9 di sebuah sekolah (nama sekolah disensor otomatis!).
Pernah suatu kali salah satu dari mereka berkata, "Dipikir-pikir, UAN itu bener-bener gak adil, ya!". Saya yang kebetulan dengar jadi heran mengapa dia sampai berargumen demikian. setelah saya tanya mengapa, jawabannya adalah, "Masa' perjuangan kita selama 3 tahun hanya ditentukan dalam 4 hari? Beruntung, deh... kalau lulus. Jalau DROP OUT? Kasihan, kan, kalau sampai ada yang gagal, padahal dia udah berusaha keras. Mereka yang gagal itu harus mengulang 1 tahun lagi. Okelah... siwa tadi mengulang 1 tahun lagi. Tapi, kalau tetap nggak lulus? Nggak lulus lagi atau bahkan dia nggak bisa lulus? Terus, kapan kerjanya?"
Mendengar alasan yang panjang ini membuat saya menimbang-nimbang lagi. Ada benarnya juga. UAN itu memang terkesan kurang adil. Bagaimana bisa perjuangan yang telah kita tempuh selama 3 tahun hanya ditentukan dengan 4 hari? Dipertimbangkan lagi, hal ini memang tak seimbang. Setelah jatuh bangun belajar selama 3 tahun, maaf saya pertegas, 3 TAHUN. Mempelajari banyak materi, namun yang diujikan selama 4 hari hanya 4 mata pelajaran saja. Padahal, belum tentu 4 mata pelajaran tersebut semuanya berguna di masa depan kita, kan?
Sekarang, coba kita lirik Finlandia, negara dengan sistem pendidikan no. 1 di dunia. Negara ini tidak pernah melakukan yang namanya ujian nasional. Tidak ada ujian nasional di sana. Tanpa sistem UAN, pendidikannya bisa maju. Sementara kita yang selalu rutin mengadakan UAN, malah belum bisa maju. Kok bisa, ya? Apa memang takdirnya seperti ini? Tapi, bukankah takdir masih bisa diubah? :)
Ini hanya pendapat beberapa orang saja. Ada yang punya pendapat berbeda? Kalau punya, silahkan comment! Jadi, bagaimana? Apa "pihak yang berwajib" siap mengatakan "Bagaiman kalau UAN kita tiadakan saja?"? We'll see.
HMPS TI Unikama
Kampus Multikultural
0 komentar:
Posting Komentar